Minggu, 10 Januari 2010

"Beyond Bankers, Apa Bedanya Bankir Konvensional dan Bankir Syariah?"

Oleh: Aulia Reza Utama
Sharing Januari 2010

Apa tutur mereka, mengisahkan perjalanan karir menjadi bankir syariah yang mampu menggugah hati dan menarik untuk disimak. Karena Mereka Bukan Bankir Biasa...

Salah satunya adalah :

Ani Murdiati: “Ada Campur Tangan Tuhan”
Bankir wanita ini merasa Tuhan mempermudah setiap transaksi yang dijalaninya.

Perempuan tangguh satu ini sempat sering menangis ketika menghadapi beratnya tantangan mengelola bank syariah. Dikuatkan oleh doa, bank yang dipimpinnya lalu berhasil melakukan turnaround dan menjadi salah satu bank syariah terdepan di Indonesia.

“Bukan hal mudah. Setiap hari saya mendapat tekanan. Semua terlewati karena campur tangan Tuhan, apalagi yang saya kerjakan untuk umat,” ujar Direktur Retail Banking Bank Mega Syariah (BMS), Ani Murdiati, kepada Reni Susanti dari Sharing. Over all, ia merasa bahagia menjadi bankir syariah.

Lebih Berat di Bank Syariah
Waktu masih bekeja di bank konvensional, Ani biasa memimpin cabang yang baru buka atau bermasalah untuk memperbaikinya. Bahkan, ada cabang baru buka yang empat bulan kemudian sudah bisa break even point (BEP). Namun itu bukan tantangan terberatnya sebagai bankir, justru itu dialaminya setelah pindah ke BMS.

Bagaimana kisah karier pebankan Anda?
Buat saya, ini sudah menjadi garis hidup. Karena basic pendidikan saya bukan ekonomi melainkan Biologi. Tapi dari sekian banyak lamaran yang dibuat, bank-lah yang menerima saya. Dari sana saya bekerja keras diawali dengan menjadi teller. Tapi disela-sela tugas, saya belajar back office, manajemen dan sebagainya. Kerja keras itu membuahkan hasil. Karier saya berjalan cepat. Baru 8 bulan, saya dipromosikan jadi head teller dan 14 bulan kemudian menjadi wakil kepala cabang. Lalu 14 bulan setelah itu naik menjadi kepala cabang. Saya biasanya memimpin cabang yang baru buka atau bermasalah untuk memperbaikinya dan alhamdulillah bisa terlewati. Bahkan ada cabang baru buka yang empat bulan kemudian sudah bisa break even point (BEP). Ketika bergabung ke Bank Tugu (sebelum BMS), PR saya berat. Capital Adequacy Ratio (CAR) minus 18% dan profit minus Rp 49 Miliar, sehingga tak ada orang yang mau menyimpan dananya. Namun semua bisa terlewati dengan baik pula. ......................

Untuk selengkapnya Baca di majalah Sharing,.. Segera Terbit, Edisi 37 Tahun IV Januari 2010… Dapatkan di Toko Buku Kesayangan Anda dan Agen Terdekat di Kota Anda yakni :

Toko Buku Gramedia, Gunung Agung, Walisongo Jakarta dan Agen Terdekat di Kota Anda atau Berlangganan Langsung di Kantor Kami, Hubungi Fahmi 021-7194000

From : Ekonomi Syariah-Sharing Magazine

Tidak ada komentar:

Posting Komentar